Gue banyak melihat fenomena di mana saat ini banyak banget remaja-remaja yang pengin jadi penulis, termasuk gue, walaupun sudah nggak remaja lagi. Iya, gue cukup bingung sih, kenapa sih pengen jadi penulis? penulis kan miskin-miskin kalau kata salah satu skenario filmnya Raditya Dika. Nah, kalau kita tanyakan alasannya kepada orang-orang itu, akan ada banyak jawaban yang pastinya akan bervariasi. Makanya nih, gue tertarik nulis postingan tentang apa aja sih syaratnya biar kita bisa jadi penulis yang baik. Poin-poin yang gue tulis di bawah ini berdasarkan pengalaman orang lain dan pengalaman sendiri.
1. Tentang Referensi dan Bahan Tulisan.
Referensi yang gue maksud di sini bukan cuman bacaan dari buku lain. Iya, referensi dari buku lain memang akan mempengaruhi cara berpikir dan gaya penulisan kita. Tapi, itu aja belum cukup, kita harus banyak-banyak menggodok sesuatu dari media lain, kayak televisi, lingkungan sekitar, makanan atau bahkan dari benda-benda lain, seperti minyak angin. Kenapa? karena kita harus peka dari segala sesuatu yang kita lihat, kecap sampai yang kita endus. Contoh, dari makanan, berkat indera pengecap kita jadi tahu rasa makanan pizza misalnya. Nah, rasa dari pizza itu kan bisa kita jadiin bahan tulisan gimana rasanya pizza agar orang yang membaca, yang mungkin belum pernah makan pizza, jadi dapat gambaran gimana tuh rasa pizza. Atau dari minyak angin, setiap minyak angin tuh wanginya beda lho, coba lo cium antara minyak angin caplang sama fresh care, beda kan? Itu sudah jadi bahan tulisan. Intinya, semua indera kita siap melakukan tugasnya untuk kita biar dapet inspirasi dalam menulis. Penulis yang baik, akan sangat peka dan bisa mengambil hal-hal paling kecil sekalipun dari apa yang dia terima dan rasakan untuk di jadikan tulisan.
2. Ketahui Kapan Saat Menulis Yang Tepat
Sangat penting. Ini berhubungan sama mood. Gue pernah nulis kalau mood nulis itu, diri kita sendiri yang tahu. Apakah itu nulis di malem hari, pagi hari, sore hari atau subuh. Apa kita baru bisa efektif nulis pas dengerin lagu metal, lagu rock, lagu pop, dangdut, atau biasanya kebanyakan orang nulis di tengah-tengah kesunyian. Semua itu, kita sendiri yang harus tahu. Yup, penulis yang baik, tahu akan 'waktunya', cari waktu yang paling efisien. Kalau kita nggak tahu kapan best time kita dalam menulis, di jamin tulisan kita bakal lebih lama jadinya dan terkesan nggak maksimal. Memang betul, kalau ada ide sebaiknya langsung tulis, tapi bukan berarti sekali tulis itu harus langsung jadi sempurna. Bisa kita akalin dulu dengan buat tulisan kasarnya, barulah nanti di best time kita dalam menulis kita perhalus, kita sempurnakan lagi. Inget lho ya, ini cuman sebatas menjadi penulis yang baik, bukan jadi penulis yang profesional. Kalau profesional kayak skenario yang ada deadline nya, jelas kita harus lebih sering nulis.
3. Ketahui Genre Tulisan Yang Sesuai
Oke, ada yang bilang setiap penulis yang baik itu harus bisa nulis semua genre tulisan. Pemikiran itu nggak salah. Tapi, menurut gue, alangkah baiknya kalau kita mencoba untuk fokus terlebih dahulu pada satu genre. Takutnya, kalau kita mencoba semua jenis genre, tulisan kita jadi terkesan setengah matang. Kalau kita passionnya di horor, ya sudah nulis aja di horor terus sampai orang mengenal kita dengan spesialis penulis horor. Iya dong, kalau kita tahu 'dimana genre kita', kita bisa menciptakan identitas di dalam tulisan kita. Kita harus tahu dimana zona nyaman kita, sebelum keluar dari zona nyaman itu. Maksud zona nyaman di sini adalah zona yang sudah benar-benar kita kuasai setidaknya 90%, misal komedi romance sudah kita kuasai 99%, nah kalau mau nyoba genre lain boleh deh silahkan. Jangan sampai, baru nguasain 30% di zona tertentu, kita langsung mau cobain genre lain lagi. Kalaupun kita nggak mau keluar dari zona nyaman kita, menurut gue sih nggak masalah, jangan takut di bilang penulis yang gak kreatif, toh kita sudah sangat baik di satu zona di saat orang-orang masih meraba-raba di mana zona mereka.
4. Percaya Diri Dengan Apa Yang Di Tulis
Pasti dan selalu aja ada orang yang nggak pede nunjukin tulisannya ke orang lain atau ke penerbit. Mereka masih malu bahkan mungkin takut kalau orang yang membaca menganggap apa yang di tulis itu jelek. Buang pemikiran seperti itu! Siapa yang menyangka kalau novel 'hahahihi' Kambing Jantan jadi cikal bakal best seller? atau siapa yang menyangka novel serius yang penuh dengan kata-kata dan kalimat yang ajaib macem Laskar Pelangi mendapatkan berbagai penghargaan? Penulisnya saat menulis buku-buku itu mungkin aja nggak pernah kepikiran tuh. Apa pun genrenya, pasti bisa best seller dan di hargai, jadi jangan takut unjuk gigi. Intinya, penulis yang baik itu adalah penulis yang menghargai tulisannya sendiri dan berani nunjukin tulisannya ke orang lain. Kalau kata orang lain jelek, jadikan itu pemacu untuk menjadi lebih baik lagi. Justru, kalau kita pendem terus, kita nggak bakal tahu barometer tulisan yang baik itu seperti apa. Jadi, pede itu indah bro!
Cukup sekian deh syarat untuk jadi penulis yang baik menurut gue sendiri. Gimana, kalau menurut kalian, apa sih syarat lainnya untuk jadi penulis yang baik itu?
Penulis dan Musisi itu sama.
ReplyDeleteSama-sama mempunyai cabang(genre). Penulis/musisi yang baik adalah yang bisa memainkan/bercerita di semua genre. Tapi biasanya penulis atau pun musisi berfokus pada suatu genre yang mereka kuasai. Mereka juga harus bisa meramu sedemikian rupa karyanya agar tidak membosankan dan berbeda dengan 'rifal' mereka.
Nah itu, makanya gw tulis sebelum keluar dari zona nyaman, kita harus tahu dulu dimana zona nyaman kita. Penting banget untuk tau dimana genre 'andalan' kita, sebelum kita variasiin dengan genre lain. Kalo tulisan, misal kita satu genre komedi doang, kita bisa buat cerita-cerita berbeda yang bikin orang gak bosen. Jadi, gak masalah kalo seorang penulis gak pengen keluar dari genrenya, toh dengan cerita-cerita atau tema yang bervariasi penulis tetep bisa diterima pembacanya walaupun dia genrenya komedi terus misalnya. Nulis banyak genre memang bagus, tapi ya itu tadi jgn terdokrin harus, kudu, wajib bisa nulis banyak genre biar kesannya di bilang penulis hebat, jangan. Itu bisa buat kita pusing menentukan dimana identitas tulisan kita. :)
DeleteSaya kurang setuju sama ketahui waktu menulis yang tepat, penulis yang baik itu harus sering-sering menulis, dan usahakan pas ide datang itu langsung ditulis, ada baiknya bawa buku catatan kemana-mana, atau sekarang kan ada fitur booknotes di gadget bisa dimaksimaklakn.
ReplyDeleteGitu.
Azek. Salam kenal bang.. maaf mengkritisi.
Gw setuju yg bawa catatan atau gadget kemana2 kalau ketemu sesuatu yang penting bisa di catat tuh, gw sih biasanya pake memo di hape sudah cukup. Ide datang langsung tulis gw juga setuju, tapi kalo sering-sering nulis, kita bakal jadi di kuasai dengan yang namanya harus nulis. Boleh kita addict nulis, tapi perhatiin waktu yang paling maksimalnya dan efektifnya aja. Kalo penulis awam, kita sugestiin harus sering-sering nulis, gak bagus, bisa-bisa pemikiran mereka berbeda-beda dan bisa jadi mereka malah mikir lebih penting nulis daripada makan atau ibadah, kan bahaya, makanya gue buat pembatas waktu sebaiknya cari waktu yang efisien, kita sendiri yang tahu kapan itu waktunya. Makanya, postingan ini gue ngasih judul menjadi penulis yg baik, bukan penulis profesional yang hebat atau jago, tahapannya beda, levelnya beda. Kalau penulis profesional yang hebat, itu contohnya kayak skenario yang ada deadline. Gitu.
DeleteKayaknya gue passionnya nulis di zona romance remaja deh. Hahaha. Abis kok ngerasa nyaman banget nulis soal teen life. Hahaha.
ReplyDeleteBtw lu dapet tag dari gue ya, anggap aja sebagai bahan postingan waktu ga ada ide. Bebas mau dikerjain kapan, hehehe
http://www.immanuels-notes.blogspot.com/2015/01/mari-menghidupkan-kembali-permainan-tag.html
Wah ilmu nih ilmu. :)
ReplyDeleteGue tahu lebih berasa dapet kalo ngetik pas pagi-pagi baru bangun, tapi gue bangunnya siang mulu. :(