Raditya Dika, semua sudah tahu siapa pionir kejombloan akut yang sekarang memutuskan untuk menjadi laki-laki normal itu. Gue bukan pengikut sejati buku-bukunya sih, yang gue baca serius cuman 'Kambing Jantan' sama 'Marmut Merah Jambu'. Makanya nih, begitu Bang Radit, sapaan abang-abangnya, ngeluarin buku yang berjudul Ubur-Ubur Lembur, sebenarnya biasa aja. Tapi, begitu ada tema "lembur" nya, yang mana merupakan kebiasaan gue di kantor, mendadak gue pengen banget nyomot tuh buku dari Gramedia. Tadinya gue ngarep ada yang plastiknya sudah di buka sih biar gue gak perlu beli, alias baca aja di tempat langsung, tapi berhubung nggak ada buku Ubur-Ubur Lembur yang sudah telanjang jadi gue beli aja deh, nggak deng gue ikhlas kok pengin beli, sumpah. Harganya 66.000 bro! Gile ya, harga buku jaman now ngeri-ngeri. Gak masalah sih, gue ngerti banget gimana sebuah karya, terlepas orang suka atau gak suka, harus diapresiasi. Soalnya, prosesnya itu lho, wadaw.
Oke, kita mulai aja deh ya reviewnya. Pertama, dari cover. Jujur, gue selalu suka sama cover buku-buku Raditya Dika sejak berlabuh ke penerbit GagasMedia, termasuk Ubur-Ubur lembur ini. Nuansa hitam di balut dengan hijau mendominasi bagian depannya dengan gambar karikatur muka RD (bukan Rahmad Darmawan ya) yang menjadi ubur-ubur, sumpah, gemesin banget. sampai-sampai cocok lho untuk dijadiin keset, gak percaya? lihat di bawah ini:
![]() |
Maafkan aku Radit! |
Selain itu, buku ubur-ubur lembur ini bisa digunakan sebagai penyekat biar ikan cupang gue nggak berantem.
![]() |
Bukti betapa kerennya buku Ubur-Ubur Lembur |
Now, kita beralih ke isi bukunya. ada 14 cerita di dalamnya dan jujur sih karena baru banget beli bukunya, gue baru baca 7 cerita. Pas lagi nulis postingan ini, gue baru mau baca yang judulnya 'Tempat Shooting Horor' yang sepertinya bakal bikin ngakak soalnya ngelibatin Pandji gitu. Emm, apa ya, kalau dari segi tulisan sih gue sependapat sama para reviewer lainnya buku ini, tulisannya lebih dewasa dengan bahasan yang lebih beragam. Kalau di buku-buku Raditya Dika sebelumnya di dominasi dengan cinta, kalau sekarang ada juga bahasan masa kecilnya, kisahnya di Jepang dan segala sesuatunya yang berhubungan dengan projectnya. Banyak hal yang jadinya gue tahu tentang Jepang dengan membaca buku ini. Itu aja sih, gue gambarkan secara garis besar aja ya, nggak mau spoiler. Oh iya, tambahan sedikit, dari 121 halaman yang sudah gue baca, gue menemukan 2 typo yang sama sekali nggak ganggu alur penceritaannya. Bagi orang yang perfeksionis sih mungkin sedikit masalah ya, tapi bagi gue bodoh amat.
Apakah buku ini layak? Jadi begini, kalau kalian mau baca buku yang bisa bikin ketawa, terenyuh, sekaligus menginspirasi, buku ini sangat layak di beli. Menginspirasi? Iya, buku Raditya Dika kali ini menurut gue cukup inspiratif bagi kalian yang berkecimpung di dunia kreatif. Gara-gara buku itu juga gue sekarang mulai iseng-iseng nulis lagi di wattpad, promosi dikit ya, berikut tulisan-tulisan gue di wattpad yang masih on going dan sepi pembaca semua, huaaaaaa....
Akhir kata, ya, novel Ubur-Ubur Lembur, sekali lagi menunjukan kalau Raditya Dika, masih ingin terus tumbuh bersama para pembaca bukunya, kali ini dengan pendekatan yang berbeda tentang hidup di dunia yang dia senangi. Iya, senang sekali rasanya bisa jadi kaya dengan hobi, hahaha. Rasanya, sayang banget kalau kalian melewatkan buku ini.
#StopBeliBukuBajakan.
Blogwalking an lagi setelah bertahun-tahun dan masih menemukan lo nulis Ka Feb. Ruar biasah. Salut. :)
ReplyDelete