Skip to main content

Posts

Mengenang Kera Sakti (Journey To The West)

Seekor kera, terpuruk terpenjara dalam gua.. Di gunung tinggi sunyi tempat hukuman para dewa.. Bertindak sesuka hati loncat kesana-kesini.. Hiraukan semua masalah dimuka bumi ini.. Gak, gue bukan lagi buat puisi. Sobat masih inget gak itu penggalan dari lirik lagu apa? Yup, itu adalah lirik dari film yang dulu setiap sore gue tunggu kehadirannya di indosiar. Setelah era ksatria baja hitam RX, banyak banget film anak-anak bermunculan kayak ninja jiraiya dan kawan-kawan. Tapi setelah itu, setelah gue beranjak SMP, gak ada lagi film yang bener-bener membuat booming dunia anak-anak. Memang masih ada beberapa film sih, tapi tema film anak-anak yang gitu-gitu aja membuat kami, rombongan anak-anak SMP dan sederajat, berasa mengalami kebosanan tontonan dan mengakibatkan kami lebih memilih baca komik. Sampai tiba pada saat film kera sakti (Journey to the west) muncul ke dunia pertipian Indonesia. Inilah saat-saat gairah menonton tipi kembali muncul.  Foto 1. Inilah dia keluarga kecil SunG

Anak Kos Saat Bulan Puasa

Kalo ditanya gimana sih kehidupan anak kos? gue hanya bisa bilang suram. Tapi, gue gak tau ya kalo anak kosan itu tajir mampus, anaknya pengusaha tape atau tahu atau apalah, yang jelas bagi anak yang memiliki uang jajan bulanan yang pas-pasan jelas jawabannya adalah malapetaka. Gue pernah bareng temen ngecek saldo di depan kampus dan hasilnya. "Anjiiiir, masih dua ribu lima ratus rupiah, dasar orang tua durhaka," kata temen gue yang gue rahasiakan identitas namanya soalnya dia gak mau terkenal di blog gue (kayaknya gak penting deh). Ya, begitulah yang namanya anak kosan, ia selalu mendewakan awal bulan dan menangis di akhir bulan. Anak kosan selalu merana di kala dompet sudah menipis sedangkan kebutuhan meningkat. Alhasil, anak kosan selalu ngutang dulu dengan anak kos lainnya atau penjaga warkop sekitar. Nah, bagaimana anak kosan mendalami bulan puasa? apa yang biasanya mereka lakukan saat bulan puasa? oke, gue akan membeberkan sedikit fakta yang gue kumpulin dari temen-te

Tragedi Lepasnya Luki | Part 2 (End)

Sebelum membaca postingan ini, baca terlebih dahulu part sebelumnya disini . Setiap menit dan setiap jam berlalu, warga sekitar (masih) terus menanti dan mewaspadai kedatangan Luki yang bisa jadi tiba-tiba itu. Pemandangan rumah warga jadi bisa ditebak. Kalo biasanya gak ada yang nyiapin sapu di depan rumah, sekarang banyak yang pajang sapu di depan rumah buat jaga-jaga siapa tau pas lagi duduk-duduk di teras tiba-tiba Luki nyerang. Ilham sebagai pemilik monyet pemakan segala itu terus menanti hewan peliharaannya itu datang ke pelukannya lagi. Ilham selalu rindu akan keberadaan Luki disisinya. Sampai-sampai kehilangan Luki ini udah kayak kehilangan pacar.   “Bik, gue sedih banget nih Luki lepas, dimana ya Luki sekarang? Apa dia baik-baik aja sekarang? Makannya gimana ya?” “Udah tenang aja lo ham, Luki pasti balik lagi, dia tuh monyet yang pinter.” “Tapi kan dia pasti kedinginan diluar sana.” “Kagak, gue yakin sekarang Luki ada di pohon-pohon yang banyak daunnya terus berteduh dis

Postingan Gado-Gado

Sudah beberapa hari ini gue gak menelurkan sebuah tulisan di blog ini, otomatis gue juga gak bisa jalan-jalan ke blog sahabat semua. Hal itu disebabkan karena galau. Kegalauan melanda gue akhir-akhir ini, mulai dari nilai kuliah gue sampai gue harus mikirin apa yang harus gue buat saat TA. Sayangnya tugas akhir kuliah ini bukan ngumpulin upil sebanyak mungkin sampai segede' monas. Jurusan gue yang teknik informatika memaksa gue harus mengerjakan TA yang benar-benar inovatif dan kreatif (sekali lagi gue tekankan, sebenernya gue salah jurusan). Gue mendadak galau akan hal itu, ditambah lagi sms gue yang gak di bales-bales sama Nikita Willy. Oke, yang terakhir gue ngarang. Tingkat kegundahan gue itu makin kronis akan tes oracle besok. Gak ngerti kan lo pada oracle? sama. Tapi gue gak boleh menyerah, besok gue harus bisa. Ntar malem gue harus baca modulnya yang setebal jigong gue, siapin kopi anget di tambah cemilan. Inilah resikonya seorang mahasiswa salah jurusan, selalu galau ketik

Balada Operasi Lasik Mata | Part 2 (End)

Sebelum baca postingan ini, biar gak bingung baca dulu part sebelumnya disini . Pendaftaran pun selesai, gue di jadwalkan memulai operasi lasik besoknya. Perasaan yang tadi tegang kini udah mulai meluntur, ya setidaknya untuk satu malam. Berhubung gak ada kenalan di Jakarta buat gue sama bokap nyokap gue nginep, jadi kita akhirnya nyewa hotel satu kamar bertiga dan bisa ditebak, gue kebagian tidur di lantai ber-karpet bulu, sumpah karpet berbulu tuh merupakan alas tidur yang enak banget walaupun geli-geli gimana gitu. Waktu bokap nyokap gue udah tidur gue terus melamun diatas karpet ber-bulu sambil menatap langit-langit kamar hotel. Perlahan gue berdiri menuju kaca dan memandang muka gue yang udah kayak pabrik minyak. Gue memandangi mata gue sendiri di kaca. Tangan gue perlahan bergerak memegang kedua gagang kacamata gue yang nempel di muka dan menarik kacamata itu menjauh dari muka gue. Terus gue bobo' deh. Malam berlalu sangat cepat. Besok siangnya gue beserta father and moth

Balada Operasi Lasik Mata | Part 1

Hal yang paling gue risih dulu itu adalah memakai kacamata. Bukannya karena gue gak suka pake kacamata, tapi karena hidung gue gak mancung dan kacamata yang gue pake selalu melorot. Alhasil, gue dah kayak Profesor padahal otak gue jauh dari kata jenius. Suatu hari gue iseng-iseng minta nyokap gue buat di lasik mata, saat itu gue kalo gak salah semester dua apa tiga ya, lupa gue, dan mata gue saat itu minus empat setengah, dua-duanya. "Mah, Feby lasik mata ya?" tanya gue sambil garuk bokong. "Apa itu lasik dek?" "Itu mah, operasi mata." "Hah! Mata Feby kenapa! Mamah telpon ambulans sekarang!" teriak nyokap gue histeris. Salah satu sifat yang gak gue suka dari nyokap gue, berlebihan. "Gak segitunya kali mamah ku yang imut. Feby mau operasi mata biar gak minus lagi matanya." "Owh, iya dek nanti dibicarain dulu sama papah. Itu nanti matanya di tuker sama mata orang lain ya dek?" Hening. Waktu itu kebetulan bokap sama nyoka

Kisah Awal Gue Di Bandung

Setelah lulus dari SMA Negeri 3 Bandar Lampung (secara gak sengaja) gue melanjutkan kuliah di Bandung nyusul kakak gue yang udah tamat kuliah. Lo tau gak siapa yang paling sibuk nyuruh kakak gue cariin tempat kuliah yang bagus di Bandung siapa? ya, itu adalah nyokap sama bokap gue. Setiap hari kakak gue (yang namanya Deden) disuruh hunting Universitas swasta yang lagi naik daun di Bandung sama bonyok gue. Sebenarnya sih walaupun gak diterima di ITB sama UNPAD gue diterima di UNILA, salah satu universitas Negeri di Bandar Lampung. Tapi bokap gue gak setuju dan lebih pengen gue ke pulau Jawa, gak tau kenapa, mungkin bokap gue ngerasa gue udah cukup ganteng buat ngelanjutin sekolah di Pulau Jawa, dalam hal ini Bandung, iya gue tau lo mau muntah baca kata gantengnya. Setelah berminggu-minggu lamanya, akhirnya kakak gue berhasil mendapatkan tempat kuliah yang "mungkin" cocok sama gue. dimanakah itu... "Pah, Deden ketemu kampusnya, namanya UNIKOM!" "Oke, kalo gi